Jumat, 31 Juli 2015

reunite

Judulnya halal bi halal pemuda dan pemudi dusun. Isinya ya halal bi halal tapi nggak ada salaman yang bikin trauma hahaha. Setelah sekian tahun tidak memenuhi undangan dan tidak diundang juga dalam halal bi halal akhirnya tahun ini kembali diundang lagi. Oke karena satu hal akhirnya dipenuhilah undangan ini, lumayan lah buat obat mata yang udah mulai sepet gegara kebanyakan di depan layar pc. 
Meneruskan tragedi salaman saat halal bi halal trah kemarin, saat para pemudi berdatangan untuk melakukan halal bi halal masnya ini langsung nyamperi kami sebagai tamu spesial karena kami memang jarang ada dalam acara seperti ini. Seperti biasa lah dengan mengandalkan senyum sejuta racun dan bilang "nanti diacarani ya" spontan langsung aku menjawab kami cuma penggembira kok hahah. Lanjut "ya udah kalau nggak mau ya udah" langsung mlengos macam cewek ngambek gegara PMS hahah. reaksi cepat aku bilang "nah lho mutung (ngambek)" dan dijawab "nggak ngambek". Its oke saya terima pembelaanmu mas. 
Dugaan saya awalnya sih dianya nggak begitu terlibat di perkumpulan seperti ini, tapi ternyata posisi dia nggak main-main, sebagai sekretaris dan ada kesempatan dia ngomong melaporkan keuangan kas pemuda. Agak geli-geli gimana gitu pas lihat masnya ini melaporkan dengan bahasa indonesia karena memang nggak pernah lihat dia ngomong gitu. Agak bengong dan terpesona juga sih karena kukira nggak bakal denger suaranya, ternyata hadehh mau mandang nanti ketahuan dan ketangkep basah seperti yang sudah terjadi ya sudah curi-curi pandang aja.
Setelah paparan dari ketua soal rencana lanjutan untuk acara 17 agustus, ada peluang untuk bertanya dan mengutarakan masukan, akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. pengen nunjukin aja kita dateng nggak cuma setor muka tapi juga menunjukkan perempuan pun punya kedudukan yang sederajat dengan laki-laki. Bonusnya sih biar masnya ngelihatin pas aku ngomong hahahah. Jadi mata ketemu mata gitu xixixi.
E tapi sensasinya keknya bentar aja, kirain di sepanjang rapat akan deg-degan tapi ternyata cuma di awal aja pas disamperin itu rasanya deg-degan gimana tapi pas setelahnya mah biasa aja. Oke fine mungkin ini memang cuma perasaan yang simpati, obsesi, bukan jatuh hati apalagi jatuh cinta hahha. Tapi harus banyak bersyukur, kalau nggak begini kan kapan lagi bisa ngumpul bareng teman-teman pemudi pemuda, mungkin nanti-nanti nggak bakal ada kesempatan untuk ngumpul-ngumpul lagi karena faktor usia, jadi sebelum purna akhirnya memutuskan untuk nggabung. Awalnya sih modus karena ada masnya ini tapi ternyata hasilnya lebih bahagia nggak cuma sekedar ketemu masnya ini aja, asiknya bisa ngumpul sama kawan-kawan. 

Selasa, 21 Juli 2015

Kayaknya Sih Dikerjain

Halal bi halal keluarga besar itu ditunggu-tunggu banget kalau keadaan sudah seperti ini, biasanya mah ogah dateng ke acara beginian karena banyak pertanyaan yang nggak bisa di-skip misal: waktu belum lulus ditanya kapan lulus, udah lulus ditanya kerja di mana, udah kerja ditanya kapan nikah. Tapi #terimasajalah (red. hashtag terimasajalah) itu paling cucok, karena memang mungkin itu pekerjaan sampingan mereka tanya-tanya macam itu. Tapi karena sang pujaan hati ada di situ akhirnya mah hayuuuukkk kita halal bi halal, mari lawan tuh pertanyaan kapan kawin, dll.
 Grogi grogi gimana gitu pas lihat masnya dengan baju koko berlengan pendek tanpa cincin akik sedang mengantarkan minuman dan snack ke para tamu halal bi halal. Subhanallah cool banget lah pokoknya. Setelah acara bla bla bla akhirnya tibalah waktunya untuk sungkeman. Dimulai sungkem dengan para kakek nenek trah keluarga, lanjut bersalaman dengan semua para keluarga besar trah kami. Pas di moment ini bener-bener dibikin senam jantung, pengen banget salaman karena kemaren pas silaturahmi ke rumah nggak ketemu. Nah akhirnya tiba waktu dan giliran salaman dengan masnya ini, dengan kedua tangan bersalaman tanpa terucap apa pun padahal kan harusnya bilang sesuatu gitu kan entah "maaf lahir bathin" atau apalah tapi ternyata tak terucap dari mulutku, kelu rasanya karena grogi. Saat tangan kiriku sudah aku lepas dari salaman itu ternyata tangan kananku masih nyangkut di tangan masnya, sumpah demi apa masnya itu nahan tanganku lumayan lama dengan kedua tangannya dan aku nggak berkutik sampai nggak tau harus berbuat apa, melihat wajahnya pun nggak berani. Setelah itu lepas, lanjut salaman ke yang lain, masih dengan pikiran bingung soal peristiwa yang barusan terjadi. Sampai saat ini pun masih bingung dengan kejadian tadi, dan akhirnya berspekulasi gegara meliarkan persepsi. Spekulasi-spekulasi yang muncul seperti: mungkin dia tau perasaanku makanya dia ngerjain aku, spekulasi kedua mungkin dia suka sama aku juga hahahah liar banget persepsiku. Tapi dari kedua kemungkinan tadi lebih condong ke spekulasi yang pertama mungkin dia tau aku mengaguminya makanya dia ngerjain aku dan pengen tau gimana ekspresiku kalau lagi grogi. Kampreetttt hahhaha. Tapi nggak papa aku juga seneng kok. Tapi lagi, itu persepsi aku aja sih faktanya nggak tau juga sih. Fakta lain yang masih dipertanyakan adalah kalau memang dia tau perasaanku taunya dari mana coba, karena aku nggak pernah cerita ke siapa pun soal hal ini ke orang-orang terdekat seperti sodara atau teman yang sekampung. Pernah cerita ke orang lain tapi dia pun keknya juga nggak bakal ember ke siapa pun karena memang nggak nyambung kalau disambung-sambungkan. Nah ada hal lain yang menggelitik itu kemarin pas berkunjung ke sodara, sepupu memanggil aku dengan panggilan "dek" dan ditambahi satu suku kata awal namaku yang kalau orang denger seolah manggil nama masnya itu padahal biasanya dia panggil aku dengan panggilan "dek" dan satu suku kata belakang namaku. hahaha mungkin kebetulan aja. Pas tadi pun setelah bersalaman dan tanganku nyangkut di tangannya, pas mau makan bersama eh si sepupu bilang lagi "aku nggak ikut-ikut lho". Nah lho ikutan apa aja aku juga nggak tau, padahal keknya dia nggak ngapa-ngapain. Tengsin lah kalau orang lain pada tau kalau aku mengagumi masnya, selain karena masih sodaraan, nanti kalau tiba-tiba dianya nikah kan ya mungkin aku nggak masalah tapi misal gosip atau kabar yang beredar aku mengharapkannya kan lain cerita. Mungkin seperti pungguk merindukan bulan. Pengen banget menikah tapi menunggu skenarionya Allah aja, kalau memang dia jodohku ya nanti juga ketemu tapi kalau bukan jodohku ya mungkin dia bukan yang terbaik bagiku dan aku bukan yang terbaik baginya. Sampai saat ini cukup mengagumi aja.
Terkait dengan kejadian dikerjain itu sebenernya geli-geli gemes, ketawa sendiri kalau keinget tapi kesel juga gegara dibikin grogi. Yang ngeselin lagi kenapa sepupuku main ikutan juga kan kampret nih namanya. Kalau diingat-ingat aku nggak pernah sih melakukan hal-hal ekstrim seperti waktu mengagumi orang jaman sekolah dulu. Kalau sekarang mah lebih kalem hehe. Dan kalau dipikir-pikir aku juga nggak pernah menunjukkan kalau aku tu mengagumi masnya ini. Senyum waktu ketemu beberapa kali kan nggak bisa mengindikasikan kalau suka atau jatuh hati. Kalau memang itu pikirannya wah kacau aja, dia mah mirip tetangga yang mulai sok ngasih perhatian gegara akunya suka senyum ke dia padahal aku melakukan itu pada semua orang, GR stadium akhir critanya.
Nah kalau GR sampai cerita ke sepupuku sih mungkin wajar aja karena dia deket banget sama sepupuku ini. Tapi permasalahannya "kok dia bisa berpikiran gitu?" Padahal aku nggak ngasih sinyal apa pun. Boro-boro sinyal, ketemu aja jarang banget, lagian aku juga nggak pernah smsan/telpon sama masnya ini, bersyukur karena aku nggak punya nomer hp-nya jadi ya jariku nggak usil smsan/telpon. Bisa berabe kalau sampe kek gitu, nggak bisa main cantik. Hahaha