Rentetan tulisan dari awal hingga belakangan di blog ini hanya menceritakan seseorang yang sama. Dari awal cerita saya hanya mengaguminya tanpa harus melibatkan cinta di sini. Mungkin memang beda ya perasaan cinta waktu jaman ABG dulu dengan kondisi saat ini yang saya sudah berusia 27 tahun. Sampai saat ini pun saya masih bingung perasaan apa yang saya punya hingga saat ini, apa hanya kagum yang dari awal memang selalu saya deklarasikan, atau jatuh hati, atau malah jatuh cinta yang benar-benar saya takutkan. Hingga saya menulis ini pun saya belum tahu apa yang saya rasakan.
Kalau memang itu jatuh cinta saya harus selalu siap kondisi apa pun yang akan saya terima seperti saat ini yang terjadi ternyata dia dijodohkan dengan teman dekatku. Sebenarnya itu bukan hal baru, karena rumor itu udah lama saya dengar sebelum orang-orang tau. Tapi saya masih berpikir itu hanya rumor, sampai akhirnya yang terjadi memang benar ada perjodohan dan orang tuanya sudah meminta ke orang tua temen dekatku tapi tidak secara formal. Pertama kali mendengar kabar itu langsung speechless untuk sementara waktu, tapi saya berusaha untuk menguasai diri saya. Mencoba menenangkan diri, istighfar seperti yang selalu diajarkan dalam agama saya. Sebenarnya Allah sudah mencoba memperingatkan melalui kakak saya, dia bilang "awas ya hati-hati jangan-jangan kalian menyukai orang yang sama" saat saya menceritakan perasaan saya kepada kakak saya, kebetulan kakak juga dekat dengan teman saya. Dari saat itu saya sudah mulai mempersiapkan mental saya kalau tiba-tiba suatu saat itu terjadi, dan ternyata itu kejadian dengan melihat ekspresi temenku saat ketemu dengan dia, dan ada moment-moment lain.
Selain itu misal saya menyukainya pun saya juga tidak berani berharap untuk menjadi pasangannya karena saya tahu siapa dia, selain sepupu, saya juga tahu kriteria perempuan yang bisa jadi pasangannya bukan seperti saya. Kalau ditanya saya hanya berani bermimpi untuk mejadi pasanannya, karena di dunia nyata itu tidak bakal terjadi. Sampai beberapa kali kami bertemu, dan saya berusaha untuk menetralisir perasaan saya, mencoba untuk tidak grogi di depannya. Dan sampai ada satu moment ada bulik (saudara jauh) saya tanya ke saya dengan merangkul setengah memeluk saya tentang perjodohan mereka. Dengan sok cool saya mencoba menjawab dan bilang tidak tahu. Setelah itu kami ngobrol hal lain, kemudian dia datang, seperti biasa tatapan tajam saat ngobrol, tapi saya beranikan untuk menatap matanya juga. dan obrolan pun berlalu begitu saja. Sebelum moment ini saya sempat GR karena saat saya datang ke tempat itu seolah-olah ada yang sedang memperhatikan saya, tapi saya berusaha untuk tidak melihat ke arahnya.
Selang beberapa hari kami harus bertemu lagi dalam satu moment, dia duduk di sebelahku tanpa batas apa pun, sejengkal pun tidak ada dan nyaris bersentuhan. Selama ngobrol itu saya berusaha untuk menguasai diri saya untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat awkward. Ada saat kami ngobrol dia mendekatkan mulutnya ke kuping saya seolah sedang berbisik, padahal tanpa berbisik pun gak papa karena itu bukan hal rahasia dan hanya obrolan biasa, mungkin untuk meredam suara. Selain berbisik cara dia ngobrol itu bikin makin awkward aja karena mukanya benar-benar dekat dengan muka saya, sampai saya bisa mencium aroma rokok dari mulutnya. Astaghfirullah, benar-benar diuji saat-saat seperti ini, seberapa jauh iman saya menghadapi semua ini karena sebelah kiri saya duduk teman dekat saya. Tapi at least semua berlagsung lancar dan tidak ada kecanggungan apa pun.
Sampai di rumah saya ngobrol dengan adik saya soal teman saya dan dia, dan tentang semuanya. Tiba-tiba dibuat kaget dengan cerita adik saya. Dari cerita adik saya, dia pernah ngobrol dengan suami bulik saya tadi bahwa dia bingung mau milih yang mana teman dekat saya atau memilih saya. Dan suami bulik saya menjawab kalau sama saya nggak bisa karena selain masih kecil (menurutnya), saya juga masih sepupunya. Perasaan kaget dan senang jadi satu, kaget karena nggak nyangka kok saya ikut masuk menjadi kandidat calon istrinya, senang karena ternyata sudah ada niatan mendekati saya. Walau pun sampai saat ini tidak ada kabar dari dia tapi paling nggak saya sudah mendengar berita bahagia ini, "berita bahagia yang kadaluarsa". paling nggak perasaan saya nggak dipandang remeh tapi ada satu tanggapan lebih serius walaupun nggak jadi. Allah itu Maha Baik, Allah memberikan kabar sedih tapi memberikan kabar bahagia juga. Kalau ditanya ikhlas atau nggak saya nggak tau, karena kadar ikhlas itu seperti apa saya juga tidak tau, tapi saya berusaha menerima apa yang Allah tunjukan ke saya dari rentetan cerita yang nggak bisa dinalar. Tugas saya saat ini hanya berusaha, dan berdoa menunggu skenario Allah selanjutnya. Yang jelas saya PERCAYA Allah sudah mempersiapkan yang terbaik untuk saya.